"the best way to become a photographer is to become a writer."

Sedikit curhat,

Banyak banget fotografer yang bilang,“saya mau jadi fotografer” dan setelah dua bulan belajar, berani bilang “saya udah jadi fotografer”. Banyak orang yang ketika pegang kamera berani ngaku fotografer. Itu banyak banget dan menurut saya itu sangat-sangat salah. Kebanyakan orang suka disebut fotografer. Saya sendiri paling tidak suka disebut fotografer. Makanya saya suka tanya sama mereka, passion kamu di fotografi apa sih? Karena status? Apa karena bisa sering ketemu dan motret perempuan cantik? Atau karena kamu menikmati pekerjaan itu atau karena kamu menyukai pekerjaan itu?


saya mempunyai pendapat,

" the best way to become a photographer is to become a writer "

Kenapa?
Karena penulis bisa create images in their mind tanpa ada visual. Dia bisa seperti itu karena dia sensitive sekali. Kalau penulis menceritakan tentang hujan, apa yang dia omongin? Sampai titik-titik cipratan kecil-kecil diomongin sama dia. Itu bisa datang dari mana? Ya kepekaan tadi. Arsitek juga sama seperti penulis. Mereka bisa membuat gambaran dalam benak mereka tanpa ada visual di depannya.

Apa artinya semua orang yang mau jadi fotografer harus jadi penulis dulu?
Bukan begitu, ambil value si penulis tadi.
Be and think like one.
Baru kamu bisa visualize things in your head. Nah karena tidak peka, akhirnya banyak fotografer yang fotonya mirip. Yang bagus adalah ketika kita lihat foto kita tahu ini foto siapa tanpa dia kasih tau bahwa itu foto dia. Artinya kamu sudah membuat sesuatu yang bagus. Kamu sudah punya style.

Masih soal kepekaan, apapun yang ada di tanganmu harus ngomong di hatimu. Sehingga waktu kita motret waktu kita mencet shutter release, itu harus ngomong di hatimu.


Contoh lagi, ketika kita diminta menggambar sebuah garis, kita bisa menggambar dengan menarik bolpen dari sisi kertas yang satu ke sisi yang lain begitu saja, tapi bisa juga kita gambar dengan perasaan, kalau dengan perasaan marah penekanan garisnya lebih tebal, kalau sedih garisnya agak tipis dan macam-macam. Artinya dengan pensil yang sama, kertas yang sama, tangan yang sama kita bisa membuat dua garis yang berbeda. Bedanya kita melakukannya dengan perasaan nggak.

ini juga jadi alasan kenapa saya memilih bergabung dengan emissivity pers tekkim, karena fotografi memang tidak lepas dari penulis.

Butuh cahaya terang


No Response to ""the best way to become a photographer is to become a writer.""

Posting Komentar